Nalar Mistik dan Logika Kuantum

| |
Nalar Mistik dan Logika Kuantum

Republika, Minggu, 12 Januari 2003

** Nalar Mistik dan Logika Kuantum **

Ketika melihat seseorang yang berjalan di atas
tumpukan batubara yang menyala tanpa terluka, seorang
ilmuwan fisika pasti akan tercengang. Teori kausalitas
hukum alam (bahwa api itu membakar) ternyata tidak
berlaku dalam kasus ini. Ini adalah hal yang luar
biasa aneh dalam nalar ilmiahnya. Tetapi, bagi ahli
mistik kasus itu adalah hal yang biasa-biasa saja.
Sebab nalar mistik memang tidak mewajibkan terjadinya
keuniversalan dan kekekalan hukum alam.

Begitulah bangunan nalar manusia yang selama ini ada.
Mistik dan sains dikenal sebagai dua entitas yang
senantiasa berlawanan. Mistik diasumsikan sebagai hal
yang tidak rasional, tidak terukur, nonempiris, dan
tidak ilmiah serta cenderung akrab dengan kesan
primitif. Sedangkan sains duduk angkuh di kutub yang
lain dengan seluruh karakteristik keilmiahan dan
kemodernannya. Terukur, rasional, serta sangat
empiris.

Dengan alat dan cara yang sama seorang ilmuwan
(saintis) dipastikan dapat menemukan dan menirukan
hasil yang sama dengan eksperimen saintis yang lain.
Inilah yang seringkali dijadikan landasan justifikasi
kemenangan dunia sains atas dunia mistik. Hal ini
dikarenakan konstruksi sains dibangun dengan pondasi
yang didasarkan pada asumsi bahwa alam semesta
mempunyai hubungan kausalitas yang sama dengan
rutinitas hukum alamnya. Logika ini relatif mudah
dinalar dan dipelajari akal kemanusiaan.
Lain dengan logika mistik yang tidak berangkat dari
dalil kausalitas yang universal dari hukum alam,
tetapi dari rasa subjektif setiap pelaku yang sarat
dengan perkecualian.

Meski demikian, keberadaan mistik tidak dapat secara
semena-mena disingkirkan dari bagian realitas yang
ada. Karena apa pun alasannya kemampuan seorang warga
suku Kubu (dan suku 'primitif' yang lain) yang tak
terbakar sedikit pun ketika berjalan di atas tumpukan
batubara yang menyala, jelas tidak dapat dinyatakan
sebagai hal yang terjadi di luar realitas hanya karena
sains tidak (belum?) mampu mengurai berlakunya
'perkecualian' yang menyalahi kausalitas hukum alam
yang ada, yang dengan kemampuan mistik dapat
dihadirkan setiap saat.

Dengan dasar logika teori fisika kuantum, Michel
Talbot dalam buku ini secara apik berhasil
menjembatani hubungan dua kutub beku bangunan dua
'penalaran' yang ada ini. Pengelaborasiannya terhadap
teks-teks kuno warisan dunia mistik timur semisal
Upanisad, Weda, Tripitaka, dan tantra yang lain untuk
kemudian disinergikan dengan beberapa dalil teori
fisika dan persamaan matematika non konvesional,
sebuah panorama pemikiran baru yang luar biasa unik
tersaji runtut.

Antara realitas objektif dan realitas subjektif serta
antara realitas dan pikiran dapat dilukiskan dan
dijabarkannya dalam satu kesatuan yang sama sekali
utuh. Misteri ruang dan waktu yang selama ini dianggap
sebagai misteri alam semesta yang paling 'gaib' dengan
lincah dapat diruntuhkan tanpa perlu menyisakan satu
tirai kegaiban pun.

Fenomena aneh dan tidak masuk akal -- seperti
kemampuan berjalan di atas bara api, kebal tebasan
pedang, menembus tembok, dan lain sebagainya --
menjadi hal-hal yang sama sekali biasa dan dapat
dinalar secara ilmiah dengan logika teori kuantum.

Lebih dari itu, lewat buku ini kita juga diajak
berselancar mengikuti ombak misteri alam semesta dalam
dua bentuknya yang berbeda sekaligus. Misteri alam
semesta yang dikonstruksikan nalar ilmiah ahli fisika,
serta alam raya yang dibangun oleh logika dan rasa
mistik timur yang telah diwariskan secara turun
temurun secara tidak ilmiah selama berabad-abad sejak
zaman primitif.

Dan sekali lagi dengan nalar kuantum, dua ilmu
pengetahuan itu yang bertentangan itu dapat diruntut
garis penghubungnya
Oleh karena itu bagi yang baru sedikit ataupun yang
belum pernah mengenal sama sekali dasar-dasar teori
fisika kuantum sangat mungkin akan terkagum-kagum
dengan berbagai 'kenyataan baru' yang disajikan Talbot
ini. Misalnya tentang partikel-partikel yang mampu
bergerak melampaui cahaya, bentuk waktu, keterkaitan
otak kosmis dengan kesadaran manusia, misteri DNA dan
muasal jiwa kehidupan, pusat energi dalam tatasurya
dan dalam tata aturan urat saraf kita dan lain
sebagainya.

Namun, bagi yang sudah sedikit memahami teori kuantum
juga mungkin masih akan terperangah dengan pemaparan
sistem mistis dunia timur semisal kendali ular api
kundalini, kerucut cahaya dan shakti siva, tarian
Choh, ritual tamou, pertemuan nagual dan tonal dan
lain sebagainya.

Tetapi, meskipun berhasil menyajikan banyak pemikiran
baru yang cukup menarik, kecerobohan Talbot dalam
menukil dan mencomot berbagai teori kuantum -- yang
diyakininya sebagai satu-satunya teori fisika yang
paling benar -- agak sedikit mengaburkan konstruksi
fisika kuantum yang ada di dalam nalar Talbot. Dengan
demikian, logika-logika yang dibangun terkesan agak
janggal dan relatif sulit dipertanggungjawabkan dalam
nalar ilmiah masa sekarang.

Demikian pula berbagai usaha Talbot yang hendak
menunjukkan kemenangan mistik di hadapan sains juga
terkesan sangat dipaksakan dan bahkan kadangkala
terkesan sangat mengada-ada. Tetapi, dengan tidak
terlalu serius mengilmiahkannya, serta dengan
menganggap buku ini sebagai sebuah buku yang tidak
perlu ditimbang dengan konstruksi pemikiran ilmiah apa
pun (apalagi dengan nalar teologis suatu agama), kita
akan sangat terhibur karenanya. Setidaknya kita akan
banyak memetik puluhan butir hikmah dan kesadaran baru
yang lumayan mengasyikkan, yang tidak tergambarkan
dengan bahasa apa pun.

Akhirnya selamat membaca dan menikmati panorama
pemikiran dan kesadaran baru yang luar biasa konyol,
namun sangat menggairahkan ini. Dan kalau Anda merasa
kesulitan untuk memahaminya, buku ini memang sangat
sulit dipahami -- karena materinya yang agak rumit dan
penterjemahannya yang pas-pasan. Tapi semua itu sangat
mudah untuk dinikmati, seperti puisi Sutardji dalam
dunia sastra Indonesia. n isngadi marwah atmadja

Judul Buku : Mistisime dan Fisika Baru
Judul Asli : Mysticism and The New Physics:
Beyond Space Time Beyond God to the Ultimate Cosmic
Conciusness
Penulis : Michel Talbot
Penerjemah : Agung Prihantoro
Penerbit : Pustaka Pelajar Yogyakarta
Cetakan : I, Desember 2002
Tebal : viii + 278 halaman

3 komentar:

Thorik Gunara mengatakan...

logika kuantum disebut logika superposisi yaitu 0 (salah) = 1 (benar), bentuknya antimateri (tdk terbatas, tdk nyusut).

kalo logika biner itu 0 (salah) & 1 (benar), bentuknya materi (terbatas & nyusut)

Thorik Gunara mengatakan...

logika biner aslinya bukan 0 (salah) & 1 (benar) tapi 0 (salah) & -1 (benar tapi salah).

karena secara urutan logika kalo dari biner (0 & 1) ke kuantum (0=1) maka hasil akhirnya logika 0 artinya apapun yg kita lakukan ujungnya adalah 0 (nihil/ketiadaan/antimateri/kesalahan) karena logika awalnya dimulai dari -1 (benar tapi salah/ada tapi tdk ada) bkn dari 0 (salah/ketiadaan).

jadi urutan aslinya logika biner ke kuantum adalah : -1 (benar tapi salah/ada tapi tdk ada) ke 0 (salah/tdk ada), jadi hasil akhirnya adalah 0 (salah/tdk ada).

Thorik Gunara mengatakan...

logika yang benar adalah logika supermateri (bkn materi bkn antimateri) dimana awalnya dimulai dari logika 0 (keadaan awal/bkn akhir kesalahan tapi awal kebenaran) ke logika 1 (benar/kebenaran) logika 2 (makin benar) ke logika 3 (makin makin benar) ke logika 4,5,6,...dan seterusnya.

Posting Komentar